Halaman

BAHAYA MAKANAN TUNA KALENG

Written By Unknown on Jumat, 11 Januari 2013 | 23.20


 
Nah, saat timbul pertanyaan apakah semua jenis makanan awetan ini terutama makanan kaleng berbahaya untuk tubuh kita atau tidak, alhamdulillah, dapat email dari salah satu milis tentang hal ini.
Saya kutipkan langsung penjelasan dari dokternya ya...yaitu Dr. (Naturopathy) Ir.Donny Hosea MBA. PhD.

Sebelum mengambil kesimpulan apakah makanan kaleng itu baik tdk baik atau biasa saja, maka sebaiknya kita tinjau dulu ttg makanan kaleng itu sendiri.
1. Maksud dikalengkan:
Pengalengan adalah maksud dari user atau pengguna agar makanan yg telah berbentuk, sdh dimasak, bisa disimpan lama dan juga tahan lama (tergantung pabrik pembuatan dan bahannya, tetapi pada umumnya 1 tahun)
Pengalengan juga dimaksud agar makanan dlm bentuk dan cita rasa tersebut akan siap saji dalam beberapa menit, tanpa perlu dilakuakn masak, mencari bahan, dan mengotorkan tangan serta waktu pembuatannya yg lebih lama.
Singkat, gampang diatur, misalnya satu org satu kaleng, masuk koper pakaian pun tdk akan rembes, rusak atau meledak, ringkas, masukan rangsel, bawa ke camping, berburu, manjat tebing dlsbnya. tinggal mebutuhkan pembuka kaleng, bisa makan langsung atau di pai unggunkan dan jadilah masuk ke mulut, dan enak.
Tdk perlu perawatan, tdk tergantung cuaca, kapan saja, dimana saja bisa dipergunakan.
Dan alasan bisnis tentunya.

2. Pengolahannya:
Sesuai dg prinsip bisnis, maka sedapat mungkin menggunakan bahan baku semurah mungkin, utk mendapatkan produk yg bisa dijual semurah mungkin, agar terjadi penyerapan pasar yg sebanyak mungkin, dan dg demikian, perusahaan akan terus memproduksi produk tersebut dg keuntungan yg sebesar besarnya.
Dg prinsip diatas, maka bahan mentah yg diperoleh bisa saja dari kwalitas yg lebih rendah, misalnya daging, diambilkan dari jenis yg berlemak tinggi, tdk terlalu fresh, tanpa harus memperhatikan apa efek bila produk dikonsumsi secra terus menerus (misalnya daging cincang (Kornet), ham en worst dlsbnya kan tdk kelihatan lagi apa dagingnya dan jenisnya.

Pengolahan harus sedemikian rupa sehingga bila expiration datenya 1 tahun maka barnag harus tahan 1tahun dan 3 bulan atau lebih, dan ini diperlukan kiat kusus agar tdk basi, berbau kaleng, bulukan dlsbnya;
Nah utk mencapai ini, biasanya diperlukan bahan pengawet makanan seperti sodium benzoat qatau yg sejenisnya (terakir dipergunakan hasil olahan dari tea, tetapi masih lebih makhal dr sodiumbenzoat) .
Bila prosesnya adalah pasteurisasi, maka dimungkinkan tanpa bahan pengawet, hanya saja menjadi masa tenggang hanya 6 bulan, dan kemasan bukan kaleng.
Lapisan atau coating permukaan kaleng harus tahan terhadap daya korosif makanan yg bisa asam, asin, pedas dlsbnya, utnuk itu diperlukan jenis bahan kimia yg baik, tdk terkontaminsai dg makanan tersebut, dan melekat kuat ke kalengnya sendiri; semacam vernis(acrylic, plastikdlsb) , seringkali terlepas juga dan larut dlm makanan yg disimpan tersebut; ada coating sebelum bahan vernis, yg langsung kekalengnya yaitu timah dg perbandingan timah hitam dan putih yg tertentu.
Disini bila koating vernis lepas, makanan masuk ke area timah, dan ingat timah hitam adalah logam berat yg berbahaya, sukar larut, menyebabkan keracunan, menyebabkan Autisme bagi anak yg dikandung sang ibu, penurunan daya pikir dlsbnya.
Makanannya sendiri biasanya menjadi lebih berminyak, karena minyak akan membuat awet makanan tersebut dalam rupa dan rasa bila dikalengkan atau disimpan (ingat, rendang dg kelapa banyak akan lebih susah menjadi basi dibanding rendang dg kelapa yg sedikit, itulah mengapa org penjual makanan padang membuatnya dg santen yg banyak, disamping gurihnya lebih, juga tahan lebih lama dari yg sedikit santan).
Dalam hal ini pengumpanan terhadap tubuh utk dicernakan hati juga lebih kadarnya dibanding makanan segar yg dibuat langsung.
Proses pengalengan sendiri dimungkinkan terjadi kontaminasi, baik oleh asap pabriknya sendiri, maupun asap atau udara yg berasal dari luar, kecuali utk pabrikan besar yg memiliki system pengalengan yg bersih dalam ruangan kedap udara luar, dan mempunyai system management produksi ISO 9000 an, bisa diharapkan kemungkinan terkontaminasi tdk terjadi.
Perubahan bentuk ikatan protein yg terdapat dalam makanan kalengan tersebut walau pun masih dianggab dalam toleransi, tetapi tetap terjadi perubahan bentuk yg bila dimakan secara berkala akan menyebabkan kelainan struktur dalm penimbunan didlam tubuh.
3. Vitamin dan Mineral:
Proses pengalengan membutuhkan temeratur yg cukup tinggi, pengolahan yg berkali kali, dan bahan mentah yg dipilih tdk perlu yg berkwalitas, dg demikian, hasil akir berbentuk makanan dalam kaleng tersebut adalah makanan yg kaya rasa, tetapi hampir semua vitamin, mineral telah hilang akibat dari proses pengalengan itu sendiri.
Bandingkan kornet dan daging cicang biasa dlam rasa dan bau, jelas sekali, daging segar cincang masih memilki rasa manis daging, sedangkan daging kalengan sdh tdk memikinya, demikian juga dg bau yg kurang sedap dari daging dikaleng yg baru dibuka diabanding bau daging segar.

OK saya kira tinjauan kita cukup dulu, mengenai daging atau makanan kaleng tersebut, yg bisa disimpulkan bahwa daging atau masakan kaleng tersebut memilki sifat:
1. Tdk segar, bukan dari bahan pilihan, lebih berminyak, mengandung bahan pengawet, mengandung msg, lebih berminyak dan berarti kemungkinan memicu kenaikan cholesterol lebih banyak, kemungkinan terkontamisasi dg vernis, bahan plastik atau timah hitam (Pb) yg semuanya berbahaya.
2. Bisa disimpan, enak dimakan kapan dan dimana saja, praktis.
3. Mungkin telah habis vitamin dan mineralnya, jadi yg tertinggal hanyalah ampas atau sampah, yg mempunyai rasa enak.

Jadi betul apa yg dikatakan teman anda bahwa bila anda setiap hari, 365 hari setahun, makannya hanya dg makanan kalengan, maka siap siaplah anda utk:
1. Keracunan makanan (karena yg dimakan bukan produk bergisi melainkan sampah)
2. Kekurangan vitamin, dan mineral.
3. Perubahan structural organ tubuh karena hanya terbiasa dg satu jenis makanan yg diumpankan ketubuh.
4. Mengalami Cholesterol tinggi karena yg dimakan adalah minyak yg berlebihan.
5. Menjadi bodoh sebagai akibat dari mengendapnya Pb didalam tubuh, dan utk ibu hamil berpeluang mendapatkan anak dg Autism.
6. Dlm ketidak stabilan hormonal yg ditimbulka sebagai akibat keracunan, berpeluang memicu cell cancer sehingga menjadi subur.

JADI KESIMPULANNYA:
1. Bila sesekali memakan makanan kalengan maka tdk menjadi masalah, kerena dg
pemasukan berikutnya, baik serat, vitamin dan mineral dari makanan segar, maka racun yg ditimbulkan masiha bisa dinetralisir.
2. Menggunakan bahan mentah atau raw material sebagai makanan akan lebih bermanfaat dibandingkan dg makanan kalengan.
3. Anda menjadi tdk bisa merasakan enak nya makanan segar, karena setiap hari merasakan makanan kalengan.
Tuna Kaleng


Sebelum mengambil kesimpulan apakah makanan kaleng itu baik tdk baik atau biasa saja, maka sebaiknya kita tinjau dulu ttg makanan kaleng itu sendiri.
1. Maksud dikalengkan:
Pengalengan adalah maksud dari user atau pengguna agar makanan yg telah berbentuk, sdh dimasak, bisa disimpan lama dan juga tahan lama (tergantung pabrik pembuatan dan bahannya, tetapi pada umumnya 1 tahun)
Pengalengan juga dimaksud agar makanan dlm bentuk dan cita rasa tersebut akan siap saji dalam beberapa menit, tanpa perlu dilakuakn masak, mencari bahan, dan mengotorkan tangan serta waktu pembuatannya yg lebih lama.
Singkat, gampang diatur, misalnya satu org satu kaleng, masuk koper pakaian pun tdk akan rembes, rusak atau meledak, ringkas, masukan rangsel, bawa ke camping, berburu, manjat tebing dlsbnya. tinggal mebutuhkan pembuka kaleng, bisa makan langsung atau di pai unggunkan dan jadilah masuk ke mulut, dan enak.
Tdk perlu perawatan, tdk tergantung cuaca, kapan saja, dimana saja bisa dipergunakan.
Dan alasan bisnis tentunya.

2. Pengolahannya:
Sesuai dg prinsip bisnis, maka sedapat mungkin menggunakan bahan baku semurah mungkin, utk mendapatkan produk yg bisa dijual semurah mungkin, agar terjadi penyerapan pasar yg sebanyak mungkin, dan dg demikian, perusahaan akan terus memproduksi produk tersebut dg keuntungan yg sebesar besarnya.
Dg prinsip diatas, maka bahan mentah yg diperoleh bisa saja dari kwalitas yg lebih rendah, misalnya daging, diambilkan dari jenis yg berlemak tinggi, tdk terlalu fresh, tanpa harus memperhatikan apa efek bila produk dikonsumsi secra terus menerus (misalnya daging cincang (Kornet), ham en worst dlsbnya kan tdk kelihatan lagi apa dagingnya dan jenisnya.

Pengolahan harus sedemikian rupa sehingga bila expiration datenya 1 tahun maka barnag harus tahan 1tahun dan 3 bulan atau lebih, dan ini diperlukan kiat kusus agar tdk basi, berbau kaleng, bulukan dlsbnya;
Nah utk mencapai ini, biasanya diperlukan bahan pengawet makanan seperti sodium benzoat qatau yg sejenisnya (terakir dipergunakan hasil olahan dari tea, tetapi masih lebih makhal dr sodiumbenzoat) .
Bila prosesnya adalah pasteurisasi, maka dimungkinkan tanpa bahan pengawet, hanya saja menjadi masa tenggang hanya 6 bulan, dan kemasan bukan kaleng.

Lapisan atau coating permukaan kaleng harus tahan terhadap daya korosif makanan yg bisa asam, asin, pedas dlsbnya, utnuk itu diperlukan jenis bahan kimia yg baik, tdk terkontaminsai dg makanan tersebut, dan melekat kuat ke kalengnya sendiri; semacam vernis(acrylic, plastikdlsb) , seringkali terlepas juga dan larut dlm makanan yg disimpan tersebut; ada coating sebelum bahan vernis, yg langsung kekalengnya yaitu timah dg perbandingan timah hitam dan putih yg tertentu.
Disini bila koating vernis lepas, makanan masuk ke area timah, dan ingat timah hitam adalah logam berat yg berbahaya, sukar larut, menyebabkan keracunan, menyebabkan Autisme bagi anak yg dikandung sang ibu, penurunan daya pikir dlsbnya.

Makanannya sendiri biasanya menjadi lebih berminyak, karena minyak akan membuat awet makanan tersebut dalam rupa dan rasa bila dikalengkan atau disimpan (ingat, rendang dg kelapa banyak akan lebih susah menjadi basi dibanding rendang dg kelapa yg sedikit, itulah mengapa org penjual makanan padang membuatnya dg santen yg banyak, disamping gurihnya lebih, juga tahan lebih lama dari yg sedikit santan).

Dalam hal ini pengumpanan terhadap tubuh utk dicernakan hati juga lebih kadarnya dibanding makanan segar yg dibuat langsung.
Proses pengalengan sendiri dimungkinkan terjadi kontaminasi, baik oleh asap pabriknya sendiri, maupun asap atau udara yg berasal dari luar, kecuali utk pabrikan besar yg memiliki system pengalengan yg bersih dalam ruangan kedap udara luar, dan mempunyai system management produksi ISO 9000 an, bisa diharapkan kemungkinan terkontaminasi tdk terjadi.
Perubahan bentuk ikatan protein yg terdapat dalam makanan kalengan tersebut walau pun masih dianggab dalam toleransi, tetapi tetap terjadi perubahan bentuk yg bila dimakan secara berkala akan menyebabkan kelainan struktur dalm penimbunan didlam tubuh.

3. Vitamin dan Mineral:
Proses pengalengan membutuhkan temeratur yg cukup tinggi, pengolahan yg berkali kali, dan bahan mentah yg dipilih tdk perlu yg berkwalitas, dg demikian, hasil akir berbentuk makanan dalam kaleng tersebut adalah makanan yg kaya rasa, tetapi hampir semua vitamin, mineral telah hilang akibat dari proses pengalengan itu sendiri.
Bandingkan kornet dan daging cicang biasa dlam rasa dan bau, jelas sekali, daging segar cincang masih memilki rasa manis daging, sedangkan daging kalengan sdh tdk memikinya, demikian juga dg bau yg kurang sedap dari daging dikaleng yg baru dibuka diabanding bau daging segar.

OK saya kira tinjauan kita cukup dulu, mengenai daging atau makanan kaleng tersebut, yg bisa disimpulkan bahwa daging atau masakan kaleng tersebut memilki sifat:
  1. Tdk segar, bukan dari bahan pilihan, lebih berminyak, mengandung bahan pengawet, mengandung msg, lebih berminyak dan berarti kemungkinan memicu kenaikan cholesterol lebih banyak, kemungkinan terkontamisasi dg vernis, bahan plastik atau timah hitam (Pb) yg semuanya berbahaya.
  2. Bisa disimpan, enak dimakan kapan dan dimana saja, praktis.
  3. Mungkin telah habis vitamin dan mineralnya, jadi yg tertinggal hanyalah ampas atau sampah, yg mempunyai rasa enak.

Jadi betul apa yg dikatakan teman anda bahwa bila anda setiap hari, 365 hari setahun, makannya hanya dg makanan kalengan, maka siap siaplah anda utk:
  1. Keracunan makanan (karena yg dimakan bukan produk bergisi melainkan sampah)
  2. Kekurangan vitamin, dan mineral.
  3. Perubahan structural organ tubuh karena hanya terbiasa dg satu jenis makanan yg diumpankan ketubuh.
  4. Mengalami Cholesterol tinggi karena yg dimakan adalah minyak yg berlebihan.
  5. Menjadi bodoh sebagai akibat dari mengendapnya Pb didalam tubuh, dan utk ibu hamil berpeluang mendapatkan anak dg Autism.
  6. Dlm ketidak stabilan hormonal yg ditimbulka sebagai akibat keracunan, berpeluang memicu cell cancer sehingga menjadi subur.

JADI KESIMPULANNYA:
  1. Bila sesekali memakan makanan kalengan maka tdk menjadi masalah, kerena dg'pemasukan berikutnya, baik serat, vitamin dan mineral dari makanan segar, maka racun yg ditimbulkan masiha bisa dinetralisir.
  2. Menggunakan bahan mentah atau raw material sebagai makanan akan lebih bermanfaat dibandingkan dg makanan kalengan.
  3. Anda menjadi tdk bisa merasakan enak nya makanan segar, karena setiap hari merasakan makanan kalengan.

Kelompok peduli konsumen di Amerika mengimbau agar anak-anak tidak konsumsi tuna dalam kaleng lagi. Diduga, tuna dalam kemasan kaleng mengandung bahaya merkuri. Mengacu pada penelitian dari Spanyol tahun 2009, anak-anak yang terpapar merkuri tinggi akan terhambat perkembangan mentalnya.

Dalam laporan terbaru, Mercury Policy Projects mengatakan anak seharusnya tidak usah makan tuna albacore. Orang tua diminta membatasi konsumsi tuna putih untuk anak di bawah 24 kilogram setiap bulan, dan dua bulan untuk anak remaja.

"Sayangnya kami kembali mengingatkan konsumen soal tuna. Walaupun tuna sangat umum, tapi seharusnya makanan ini jarang diberikan untuk anak," kata Sarah Klein dari Center for Science in the Public Interest, sebuah kelompok yang peduli pada hak-hak konsumen.

Laporan ini mencakup tes terhadap 59 sampel tuna dari 11 negara. Para peneliti sebelumnya melakukan pembelian tuna dalam kaleng dengan berat 1 kilogram yang biasa dikonsumsi anak di sekolah. Hasil pengujian menunjukkan, konsentrasi merkuri dari tiap kaleng bervariasi. Bahkan, pada sampel terpisah dari kaleng yang sama membawa jumlah merkuri berbeda. Hasil tes menunjukkan, kadar merkuri pada tuna putih lebih rendah daripada tes lembaga pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA). Tetapi, penelitian tingkat merkuri pada tuna albacore lebih tinggi dari hasil FDA.

FDA sendiri merekomendasikan wanita usia subur dan anak-anak tidak konsumsi tuna kaleng lebih dari 5 kilogram seminggu. Dan, hanya boleh konsumsi tuna albacore kalengan kurang dari 2 kilogram seminggu.

Edward Groth, PhD, peneliti koalisi peduli konsumen mengakui sebagian besar penelitian ini mengenai efek merkuri pada wanita hamil dan perkembangan dini anak. Laporan Groth mengaitkan dengan studi tahun 2009 oleh ahli pediatrik Gary Myers, MD. Laporan Myers meneliti efek ekstrem makanan seafood yang dikonsumsi anak-anak di pulau Seychelles. Dalam penelitian ini, ditemukan hubungan antara makan ikan, tingkat merkuri dan perkembangan mental.

"Jangan menakuti orang dengan memberikan tuna yang masih kecil. Ini bukanlah pertanyaan tentang tuna dan bukan tuna, ini tentang berapa banyak tuna yang dikonsumsi. Ada banyak manfaat dari tuna, dan manfaat itu akan baik jika dikonsumsi sekali atau dua kali dalam sebulan," ujarnya.

Jennifer McGuire, RD, seorang ahli dari Tuna Council of the National Fisheries Institute yang mewakili tiga produsen utama tuna kaleng mengatakan, laporan ini hanya berfokus pada bahaya tuna. Bukan pada manfaat gizinya.

0 komentar:

Posting Komentar