PENCITRAAN Jokowi Mulai Terbongkar, Masih Layakkah Jadi Pilihan? Pertanyaan barusan terkesan subyektif, tapi mencari obyektifitas hari ini tidaklah mudah, atas dasar pencitraan setiap kandidat bisa saja menutupi aib pribadi dengan citra positif yang diinginkan.
Pencitraan dalam masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dianggap biasa, tapi jadi tak biasa saat pencitraan yang dilakukan tidak berdasarkan fakta, apalagi saat pencitraan yang dilakukan cenderung berlebihan hingga bisa masuk dalam kategori pembohongan publik. Pertanyaannya apakah calon kepala daerah yang melakukan pencitraan itu layak jadi pilihan?
Pada 20 September 2012 Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan berlangsung, banyak informasi yang muncul tentang latar belakang setiap kandidat, baik Foke – Nara maupun Jokowi – Ahok. Untuk incumbent sudah banyak kita ketahui bersama informasinya, sebaliknya untuk pasangan kompetitor Jokowi – Ahok tidak banyak informasi tentang mereka, kalopun ada kebanyakan berita seputar kegiatan yang masuk kategori advertorial bahkan pencitraan sifatnya.
Padahal definisi informasi yang saya maksud bukan sekedar profil mereka berdua. Lebih dari itu, informasi yang saya butuhkan adalah rekam jejak mereka selama ini. Apa prestasinya? Apa saja yang pernah mereka lakukan? Serta pertanyaan tentang apakah mereka pernah terlibat kasus korupsi? Dan seterusnya.
Hal tersebut tidaklah berlebihan, karena untuk mengurus Ibukota negara dengan luas dan kompleksitas permasalahan seperti DKI Jakarta memang dibutuhkan standar khusus, jika perlu harus lebih mumpuni dibandingkan kepala daerah lainnya, karena ini adalah ibukota negara!
0 komentar:
Posting Komentar